Nasib petani kedelai lokal di kabupaten jember sangat memprihatinkan. bagaimana tidak, mereka terus dihantui anjloknya harga kedelai saat musim panen raya, yang akan berlangsung di pertengahan bulan ini.
Menurut Salah Satu Petani Kedelai Di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, Edi Suryono, biaya produksi yang harus dikeluarkan petani di setiap satu hektar lahan, mencapai 13 juta rupiah. Sedangkan produktifitas dengan luas lahan satu hektar, selama tiga bulan tanam, hanya mencapai 2 ton saja.
Padahal Harga Pokok Penjualan (HPP) kedelai, yang ditetapkan hanya 7 ribu rupiah per kilo gramnya. itu artinya, dalam satu musim tanam kedelai, petani hanya memperoleh pendapat kotor 14 juta rupiah. Jika dikurangi dengan biaya produksi, petani hanya memperoleh laba bersih 1 juta rupiah saja, selama tiga bulan.
Fakta di lapangan lanjut Edi, pada saat musim panen raya kedelai, harga jualnya akan anjlok. bahkan berkisar pada angka 5 hingga 6 ribu rupiah saja. ini disebabkan, tidak ada proteksi atau perlindungan dari pemerintah, terhadap petani kedelai. sehingga petani harus bertarung sendiri menghadapi hukum pasar.
Edi mengibaratkan, nasib petani kedelai di negeri ini seperti telur di ujung tanduk. bahkan menurutnya, pemerintah telah membunuh petani kedelai secara perlahan- lahan. untuk itu dia berharap, agar pemerintah segera mengambil langkan strategis, untuk melindungi petani kedelai, yang dalam waktu dekat akan menghadapi panen raya.
Jika persoalannya demikian, bagaimana perlindungan dari pemerintah serta instansi terkait?
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jember, Achmad Bunyamin membenarkan kondisi tersebut. kata dia, ada persoalan besar yang dialami petani kedelai di kabupaten jember, yakni kedelai lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor.
Jadi tidak heran jika kemudian, pengrajin tahu dan tempe lebih memilih kedelai impor, untuk bahan baku mereka. padahal rasa tahu dan tempe yang bahan bakunya dari kedelai lokal, justru lebih gurih dan nyaman.
Para pengrajin lanjut Bunyamin, lebih memilih kedelai impor dikarenakan kuantitasnya lebih besar, dan sudah siap untuk diproduksi. sedangkan biji kedelai lokal, jauh lebih kecil dan masih kotor. inilah yang kemudian menyebabkan, pengrajin kedelai dan tahu menggunakan kedelai impor.
Spadahal menurut pria yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember ini, produktifitas kedelai di kabupaten jember, setiap tahunnya dipastikan surplus. tahun 2013 saja, ketersediaan kedelai diperkirakan akan surplus hingga 294 koma 47 ton.
Dia menambahkan, total produksi kedelai di jember selama tahun 2013 mencapai 27 ribu 732 ton, dengan tingkat konsumsi 25 ribu 473 ton, untuk penduduk jember sebanyak 2 koma 332 juta jiwa.
Atas kondisi itulah sambung bunyamin, TPID Kabupaten Jember, merekomendasikan kepada pemerintah setempat, untuk membatasi impor kedelai yang masuk ke Jember. selain itu, TPID akan melakukan pendampingan kepada petani kedelai, untuk peningkatan kualitas produk mereka. pendampingan itu akan dilakukan, mulai dari pengelolaan lahan hingga pasca panennya.
Sedangkan untuk pengrajin tahu dan tempe, tpid akan melakukan sosialisasi, agar mereka menggunakan kedelai lokal jember. usaha ini akan dilakukan dengan meyakinkan mereka, bahwa kualitas kedelai lokal tidak jauh berbeda dengan kedelai impor.
Sementara Asisten Bidang Perekomian Dan Pembangunan Pemkab Jember, Slamet Urip Santoso mengaku siap untuk menjalankan rekomendasi tpid tersebut. ia akan berkoordinasi langsung dengan bupati jember, terkait usulan pembatasan kedelai impor di Jember.
Pembatasan kedelai impor kata dia, memang harus segera dilaksanakan di jember. sebab jika tidak, petani kedelai lokal akan mengalami kerugian yang sangat besar, karena kalah bersaing dengan kedelai impor.
Apalagi Menurut Santoso, data di Dinas Pertanian Jember, setiap tahun ketersediaan kedelai di jember sangat melimpah, bahkan justru mengalami surplus.
Selain itu kata dia, yang juga tidak kalah penting adalah persoalan peningkatan kualitas produk kedelai lokal. harus ada pembinaan serta pendampingan secara intens kepada petani kedelai, agar dari tahun ke tahun kualitas kedelai mereka bisa terus meningkat.
Hal senada juga disampaikan, Kepala Perum Bulog Sub Divre 11 Jember, Alwi Umri. untuk menjawab keresahan petani kedelai, yang harganya selalu anjlok di setiap tahunya, bulog akan melakukan pembelian secara komersil terhadap kedelai lokal.
Untuk tahun ini lanjut Umri, Bulog Jember menargetkan akan membeli kedelai dengan harga komersil, sebanyak seratus ton. bulog sudah diberikan kewenangan, untuk membeli kedelai lokal, di luar hpp pemerintah.
Ia berharap, dengan kebijakan tersebut, keresahan petani kedelai lokal, akan anjloknya harga menjelang musim panen raya, akan terjawab. untuk itu umri meminta, agar petani meningkatkan kualitas produknya, agar memiliki daya saing.
Akhirnya kita semua berharap, agar kebijakan untuk memproteksi petani kedelai tersebut, mampu menjadikan petani di kabupaten jember semakin sejahtera, serta produk mereka mampu memiliki daya saing terhadap kedelai impor.
(1.304 views)