Disaat harga kedelai lokal mulai merangkak naik, petani kedelai di Jember justru beralih menanam tembakau dan cabe. Padahal masyarakat saat ini cenderung lebih menyukai kedelai lokal dibandingkan kedelai impor.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro menjelaskan, hal ini terjadi karena petani masih trauma atas kerugian yang dialaminya tahun lalu, ketika harga kedelai lokal anjlok. Bagi petani, menanam kedelai sama dengan bunuh diri. Sebab selain jumlah produksinya terus menurun, harga kedelai lokal juga anjlok hingga mencapai 4 ribu rupiah per kilogram. Sehingga penghasilan petani hanya sekitar 10 juta rupiah per hektar.
Daerah yang sebelumnya merupakan penghasil kedelai, saat ini banyak yang sudah beralih menanam cabe dan tembakau, yang dinilai lebih menguntungkan. Untuk tembakau minimal petani mendapat penghasilan 30 juta rupiah per hektar, sementara jika menanam cabe mereka bisa mendapat keuntungan 50 juta rupiah per hektar.
Sementara Kepala UPT Pertanian Bangsalsari Luhur Prayugo menjelaskan, di daerahnya yang dikenal sebagai penghasil kedelai di Jember, masih tetap ada saja yang menanam kedelai karena tidak memungkinkan untuk menanam komoditas lain, lantaran kesulitan pengairan.
Meski demikian jumlah petani yang menanam kedelai sangat sedikit. Sebab akibat harga kedelai lokal yang terus menerus turun, penghasilan petani kedelai menjadi sangat kecil, tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang mereka keluarkan.
(1.097 views)