Dari 300 lebih angkutan kota di Kabupaten Jember, ternyata saat ini hanya 60 persen diantaranya yang masih beroperasi. Itupun Menurut Dishub masih terlalu banyak, sehingga perlu dilakukan uji kelayakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan Jember Dani Alcholin menjelaskan, dari pengamatannya akibat perkembangan kepemilikan kendaraan pribadi di jember yang begitu pesat, angkot merupakan sarana angkutan yang paling terpukul. Apalagi untuk angkutan pedesaan dengan semakin mudahnya masyarakat memiliki sepeda motor.
Untuk angkutan kota sendiri lanjut dani, dari 306 armada yang tercatat di dinas perhubungan, hanya 60 persennya yang masih beroperasi. Bahkan penyebaran angkot di jember saat ini dirasakan kurang merata. Sehingga saat perpanjangan trayek nanti, dinas perhubungan akan melakukan evaluasi, baik terkait kelayakan kendaraan, maupun penyebaran trayek. bisa jadi dari 17 trayek yang ada saat ini akan dirampingkan lagi menjadi beberapa trayek saja.
Dani menjelaskan, banyak indikator sebenarnya untuk melihat pengurangan operasional angkutan kota. Diantaranya banyak angkutan kota yang berubah fungsi, dari plat kuning menjadi kendaraan pribadi. Tidak jarang pula angkutan kota yang tidak beroperasi tiap hari, karena tidak mampu menutup biaya operasionalnya. gejala ini sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2000 lalu. Karenanya dishub menilai saat ini sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap angkutan kota di Kabupaten Jember.
(841 views)