Program peralihan Bahan Bakar Minyak Tanah (Mitan), ke Bahan Bakar Gas atau Konversi, sudah memasuki tahap penyelesaian. Bahkan, berdasarkan data di Pertamina, Proses Konversi Di Jember sudah mencapai 100 persen. Itu artinya, dalam waktu dekat keberadaan mitan yang selama ini disubsidi oleh pemerintah, akan segera ditarik dari peredaran dan akan diganti dengan mitan non subsidi. Terkait persoalan ini, sudahkah siapkah masyarakat dengan keberadaan mitan non subsidi? Lalu, bagaimana evaluasi wakil rakyat?
Jika dibandingkan dengan harga mitan bersubsidi, tentu harganya terpaut jauh. Harga Mitan non subsidi per 1 Februari lalu, mencapai 7 ribu lebih. Tidak hanya itu, harga mitan non subsidi tidak akan stabil, tergantung kepada pergerakan harga minyak dunia.
Menurut Sales Representatif Pertamina Rayon VII-VIII wilayah Malang-Banyuwangi, I Ketut Permadi, sebenarnya proses penarikan mitan bersubsidi, telah dilakukan sejak November Tahun 2008 lalu. Hanya saja penarikannya dilakukan secara bertahap.
Pertamina lanjut Permadi, menargetkan akhir bulan Februari tahun ini, penarikan mitan bersubsidi telah selesai dilaksanakan. Itu lantaran, proses konversi di Jember sudah dilaksanakan 100 persen.
Permadi menambahkan, masyarakat tidak perlu kawatir, sebab, Mitan akan tetap akan didistribusikan kepada masyarakat. Dan untuk stoknya, Pertamina tidak akan membatasi. Hanya saja menurutnya, harga mitan tersebut tanpa disubsidi lagi oleh pemerintah.
Lebih lanjut Permadi menjelaskan, sebelum Mitan bersubsidi ditarik secara keseluruhan, pihaknya akan mensosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat. Minimal kata dia, masyarakat tidak kaget dan siap terhadap keberadaan mitan non subsidi.
Sementara itu, Eni, salah satu warga Kreongan, mengatakan, meski proses konversi telah dilakukan 100 persen, namun, sejauh ini masyarakat belum siap jika mitan bersubsidi ditarik dari pasaran. Itu lantaran lanjut Eni, harga mitan non subsidi harganya sangat mahal. Apalagi belum tentu paket konversi yang telah dibagikan kemarin, digunakan oleh masyarakat.
Untuk itulah Eni berharap, agar Pertamina menunda rencana penarikan mitan subsidi, sampai masyarakat benar-benar siap, menerima keberadaan mitan non subsidi.
Tidak jauh beda dengan Eni, Ervan salah satu Warga Kalisat, mengaku, dirinya belum siap jika mitan bersubsidi ditarik dari peredaran. Sebab kata dia, harganya sangat mahal, dan tidak stabil.
Ervan menambahkan, dirinya yakin, masyarakat juga akan merasa berat, jika mitan bersubsidi ditarik 100 persen, sebab kata dia, masyarakat di daerah pinggiran, masih banyak yang menggunakan bahan bakar mitan, untuk keperluan sehari-hari.
Dikonfirmasi terpisah, Anggota Komisi B DPRD Jember, M Thoif Zamroni menjelaskan, meski proses konversi sudah selesai dilaksanakan, namun di lapangan, masyarakat masih butuh mitan bersubsidi.
Thoif meminta kepada Pertamina, agar tidak menarik mitan bersubsidi secara keseluruhan, sebaiknya Pertamina menggelar sosialisasi secara massif kepada masyarakat, hingga masyarkat benar-benar siap dengan mitan non subsidi.
Apalagi lanjut Sekretaris FKNU ini, di daerah pinggiran, masih banyak masyarakat, yang belum bisa menggunakan kompor gas. Belum lagi masyarakat yang takut tabung gasnya meledak.
(920 views)