Beberapa waktu lalu kabarnya kalangan pemilik modal atau biasa disebut investor, ternyata masih enggan untuk menanamkan modalnya di kota tembakau ini. Tentu kabar ini membuat banyak pihak kaget, padahal Pemerintah Kabupaten Jember telah melakukan berbagai upaya, untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di jember, salah satunya dengan menggelar even Bulan Berkunjung Ke Jember tiap tahunnya. Jika memang demikian persoalannya, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang menjadi faktor utama enggannya investor melirik jember? Bagaimana sikap Pemkab Jember terkait persoalan ini? Kemudian bagaimana pula pandangan pengamat ekonomi terkait potensi jember?
Tentu kita sangat menyayangkan jika kabar ini benar, sebab, semenjak sejak tiga tahun terakhir, pemkab sudah berusahan keras mengenalkan semua potensi dan kekayaan jember, melalui event BBJ.
Menurut Pemimpin Bank Indonesia Jember,A Rasyid Majid, sebenarnya potensi dan kekayaan jember sangat melimpah, khususnya sektor pertaniana. Hanya saja kata dia, persoalan infrastruktur seperti jalan, masih menjadi faktor utama enggannya investor melirik jember. Padahal kata Rasyid, jika pemkab serius menggarap sektor ini, bukan tidak mungkin sektor perekonomian Jember, akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Kemudian lanjut Rasyid, persoalan rumitnya pengurusan perijinan di jember, juga menjadi faktor utama. Kalangan investor biasanya, lebih menginginkan segala sesuatunya berjalan praktis dan saling menguntungkan. Jika belum ada pembenahan, maka jangan heran jika investor akan lari ke daerah lain. Untuk itulah kata Rasyid, dirinya berharap agar Pemkab Jember segera melakukan pembenahan di segala bidang, sehingga kedepan investor akan melirik jember.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Dan ESDM Jember, Hariyanto membantah jika investor belum mau menanamkan modalnya di Jember. Menurutnya, berdasarkan catatan disperindag, jika dibandingkan dengan tahun 2008 lalu, Tingkat Investasi Di Jember justru mengalami peningkatan sebesar 10 persen.
Hariyanto juga membantah, jika infrastruktur di jember masih belum memadai. Menurutnya, pemkab sudah menganggarkan milyaran rupiah untuk perbaikan setiap tahunnya, bahkan Hariyanto mempersilahkan untuk melihat langsung ke bawah, terkait persoalan infrasturktur ini.
Terkait persoalan perijinan, menurut Hariyanto, semua mekanisme perijinan untuk investor, baik dari dalam dan luar negeri menggunakan aturan dari pemerintah pusat. Sehingga pihaknya tidak bisa serta merta, membuat aturan sendiri terkati perijinan.
Dan sejauh ini lanjut Hariyanto, berdasarkan rapat koordinasi dengan beberapa SKPD, ternyata proses perijinan sudah sangat efektif, mudah dan cepat. Hanya saja terkadang yang menjadi persoalan ialah pesyaratan dari investor masih kurang, sehingga inilah yang membuat perijinan lama.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Jember, Hadi Paramu menilai, potensi kekayaan di jember seperti sektor pertanian dan perkebunan, pertumbuhan investasinya tidak terlalu tinggi.
Sebenarnya lanjut Hadi, jika pemkab ingin meningkatkan menarik investor dari luar daerah, maka harus ada arah pembangunan baru, semisal pembangunan di bidang industri. Jadi tidak hanya mengandalkan sektor agraris.
Hadi menambahkan, perbaikan sarana dan prasarana juga menjadi penting, sebab, pertama kali biasanya kalangan investor, akan melihat suatu daerah dari sisi infrastruktur, apakah sudah memadai atau tidak.
Hadi juga berharap, kedepan pemkab harus segera melakukan terobosan-terobosan baru, untuk menarik pemilik modal agar mau menanamkan modalnya di jember. Sebab menurutnya, jember merupakan daerah yang berpotensi untuk mengembangkan suatu usaha.
(1.399 views)