Kepala dinas perhubungan Jember Sunarsono membantah terjadi penyerobotan lahan gumuk di kawasan lapter Noto Hadinegoro. Pemangkasan gumuk tersebut merupakan salah satu persyaratan dari tim uji kelayakan penerbangan yang harus dilakukan pemkab sebelum mengoperasikan kembali lapangan terbang.
Menurut Sunarsono, dua kali tim uji kelayakan penerbangan datang ke Jember, dan memerintahkan dua gumuk dan beberapa gudang di sekitar lapter untuk dipangkas. Tim uji kelayakan menilai dua gumuk dan beberapa gudang di sekitar lapter mengganggu pandangan pilot saat akan mendarat. Sementara untuk meratakan dua gumuk dibutuhkan anggaran ratusan juta rupiah.
Dengan pertimbangan agar tidak membebani APBD, Sunarsono menawarkan kepada siapa saja yang mau memanfaatkan gumuk tersebut dengan syarat meratakannya terlebih dahulu. Itulah sebabnya saat ini ada orang yang menggarap gumuk tersebut. Tetapi mereka menggarap sudah atas ijin dinas perhubungan. Hasil penggarapan gumuk tersebut lanjut Sunarsono tidak masuk APBD, karena memang lahan tersebut bukan aset pemkab. Tetapi merupakan aset PTPN yang dikuasakan kepada pemkab.
Sementara terkait belum mulai beroperasinya bandara menurut Sunarsono, selain karena persyaratan tehnis tersebut pihaknya juga masih kesulitan mencari maskapai penerbangan yang bersedia beroperasi di Jember dengan harga yang disepakati.
Memang ada sedikitnya 2 maskapai salah satu diantaranya Merpati yang mengajukan penawaran, tetapi dua-duanya tidak memenuhi syarat. Sehingga saat ini dishub masih melakukan penjajakan, sebelum kemudian mengumumkan lelang secara terbuka.
(1.442 views)