Beberapa waktu lalu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat telah menetapkan hasil Pemilu Legislatif 2009. Partai Demokrat secara resmi menjadi pemenang dengan perolehan suara 20,85 %. Disusul kemudian Partai Golkar dengan perolehan 14,45 %, dan PDIP sebesar 14,03 %. Namun yang menjadi persoalan, pada Pemilu Legislatif 2009, angka golput mencapai 29,01%. Angka tersebut sangat mencengangkan, sebab angka 29,01% mengalahkan perolehan angka Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu.
Jadi sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang menyebabkan tingginya Angka Golput Pada Pemilu 2009? Kemudian, bagaimana sikap KPU Kabupaten Jember terkait dengan besarnya angka golput? Lalu, apakah hal ini menandakan mesin parpol tidak jalan?
Pemilu Legislatif meninggalkan banyak masalah, terutama persoalan Daftar Pemilih Tetap yang selalu menjadi sorotan sebagian besar parpol. Tidak hanya itu, di beberapa daerah juga terdapat masalah, seperti kekurangan surat suara, kemudian surat suara tertukar, bahkan kabarnya, hari ini di Kecamatan Bangsalsari diadakan penghitungan ulang.
Anggota KPU Kabupaten Jember Divisi Humas Dan Sosialisasi, Mohammad Eksan mengatakan, tingginya angka golput harus dimaknai sebagai bagian dari upaya perbaikan kualitas hasil pemilu. Minimal KPU Kabupaten Jember bisa terus berbenah dengan melihat hasil Pileg 2009.
Sebenarnya Lanjut Eksan, faktor utama tingginya angka golput disebabkan karena masih terdapat masyarakat yang tidak tercantum dalam DPT, atau golput administrative. Sehingga secara otomatis, mereka tidak dapat menyalurkan hak pilihnya. Kemudian, ada juga yang murni atau dengan sengaja tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara.
Eksan menambahkan, jika dibandingkan dengan Angka Golput Pemilu Gubernur lalu, angka tersebut turun. Itu artinya tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi, atau sekitar 72 persen. Mengenai munculnya pandangan miring terhadap kinerja KPU, terkait sosialisasi yang kurang maksimal, menurut Eksan, pihaknya sudah berusaha maksimal. Memang menurutnya, secara formal pihaknya hanya melakukan 31 tatap muka.
Namun secara non formal, KPU tetap sering melakukan sosialiasasi seperti melalui media, sebagaimana yang dilakukan oleh KPU Pusat. Biarlah kata Eksan, masyarakat yang menilai apakah kerja KPU sudah maksimal atau tidak.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Tanfidz DPC PKB Jember, HM Ayub Junaidi, mengatakan, besarnya angka golput bisa jadi disebabkan karena persoalan administrative. Misalkan, masyarakat yang enggan datang ke TPS, kemudian persoalan waktu pencontrengan yang sangat mepet, hanya dibatasi sampai pukul 12 siang.
Ayub membantah, jika besarnya angka golput disebabkan mesin partai yang tidak berjalan. Sebab menurutnya, berubahnya sistem pada Pemilu 2009, pasti akan berimbas pada kinerja parpol dan caleg. Jika parpol dan caleg tidak turun ke bawah, dirinya yakin angka golput dan tingkat partisipasi masyarakat akan semakin turun.
Akhirnya kita semua berharap, agar pada Pemilu Presiden mendatang kinerja KPU semakin baik. Kemudian, yang paling penting kekacauan Daftar Pemilih Tetap pada Pemilu Legislatif tidak terulang. Tentunya, kita semua tidak ingin ketika Presiden sudah terpilih, muncul pandangan miring presiden dipilih melalui pemilu yang buruk.
(1.868 views)