Akibat banyaknya warga miskin di Jember yang tidak masuk dalam daftar penerima askeskin, RSUD dr. Subandi kebinguingan mencari anggaran untuk masyarakat miskin. Sementara anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk mengcover masyarakat miskin yang tidak masuk database hanya 800 juta sepanjang 2009. Padahal RSUD dalam sebulan membutuhkan anggaran rata-rata 500 juta.
Direktur RSUD Subandi dr. Yuni Ermita menerangkan, selama ini pihaknya mengalami dilemma. Disatu sisi pelayanan prima harus dikedepankan, disisi yang lain anggaran sangat minim. Jangankan untuk pemenuhan kebutuhan operasional. Untuk membayar belanja obat dari pihak ketiga saja RSUD Subandi sering nunggak.
Yuni menerangkan, untuk persoalan anggaran maskin ini pihaknya sudah mengajukan penambahan anggaran kepada bupati. Rencananya persoalan anggaran RSUD akan dibahas bersama DPRD melalui P-A-K. Mengenai jumlah anggaran yang dibutuhkan Yuni memperkirakan, untuk kebutuhan obat dan pelayanan membutuhkan dana 6,5 milyar. Sementara untuk kebutuhan obat di luar pedoman pelaksanaan askeskin ditaksir mencapai 2 milyar.
Kondisi keuangan RSUD diperparah dengan belum cairkan anggaran 800 juta dari pemkab, serta dana askeskin dari pemerintah pusat yang saat ini sudah hampir mencapai 2 milyar. Jika dana ini cair, Yuni optimis masih bisa bertahan hingga 4 bulan kedepan. Tetapi jika tidak segera cair dalam waktu 2 bulan RSUD Subandi bakalan kolep.
Yuni juga mengaku heran kenapa jumlah maskin yang tidak masuk database sangat banyak. Dari data yang dihimpun dari bidang pelayanan, terhitung bulan September hingga November 2008 saja pasien askeskin hampir 60 persen atau sekitar 2 ribu orang, sementara maskin di luar askeskin mencapai 40 persen atau 1300 orang lebih. Inilah menurut Yuni yang sangat membebani pihak rumah sakit. Padahal anggaran yang disediakan pemkab tidak sampai dua bulan sudah habis.
(1.149 views)