Musim hujan pada tahun ini menjadi sesuatu yang menakutkan bagi masyarakat, itu dikarenakan selama musim penghujan,musibah banjir menerjang hampir seluruh wilayah jember. Terakhir,banjir menerjang kawasan kencong, paseban, dan kraton. Akibatnya,banjir merendam hampir seluruh sawah, dan rumah penduduk. Tidak hanya itu, fasilitas umum juga diterjang banjir, seperti jalan raya, sekolah, dan lain-lain. Musibah banjir tentu menjadi cobaan bagi masyarakat, karena bagaimanapun mereka mengalami kerugian yang tidak sedikit, baik materiil maupun non materiil. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, Apa penyebab utama banjir di Kawasan Kencong?, kemudian, Berapa total kerugian akibat banjir ini?.
Pada tahun ini, banjir menerjang hampir seluruh kawasan Jember, seperti Silo, Panti, Kencong, Paseban dan Kraton. Tentunya Kerugian yang diakibatkan banjir jumlahnya sedikit. Misalnya banjir di Kawasan Kencong, kerugiannya mencapai miliaran rupiah. Demikian diungkapkan oleh juru bicara fraksi Golongan Karya,Sucipto, saat memberikan pandangan umum di sidang paripurna, terhadap nota pengantar bupati, mengenai rencana Peraturan Daerah atau perda, tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
Menurut Sucipto, ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir di kawasan Kencong. Namun, yang paling berpengaruh menurutnya diakibatkan oleh ulah manusia sendiri, seperti: penggundulan hutan, kemudian pemanfaatan bantaran sungai yang salah. Sucipto menambahkan, banjir yang terjadi di kawasan Kencong, disebabkan pengelolaan bantaran sungai yang salah, lantaran dijadikan lahan pertanian. Sehingga akibatnya struktur tanah menjadi rapuh, dan ketika terjadi hujan besar maka volume air akan bertambah. Dan pada saat air semakin besar akan mengakibatkan terjadi bocoran dan tanggul sungai jebol.
Sucipto berharap, agar Pemkab Jember segera mengambil langkah cepat, misalkan: membatasi pengelolaan bantaran sungai, bahkan jika perlu pemkab segera menghentikan pengelolaan bantaran sungai yang berubah menjadi lahan pertanian. Di samping itu, mengganti tanaman yang lebih kuat untuk menyokong bantaran sungai, sehingga kedepan kata Sucipto, tidak terjadi kerapuhan struktur tanah di bantaran sungai.
Lebih lanjut Sucipto menjelaskan, untuk mengatisipasi banjir di musim-musim yang akan datang, dirinya menganjurkan agar bantaran sungai yang dijadikan lahan pertanian dialihkan menjadi lahan penguat bantaran sungai dan menghentikan penyewaan bantaran sungai yang tidak jelas peruntukaannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Jember, Rasyid Zakaria, ketika dikonfirmasi usai mengikuti sidang paripurna rabu siang menjelaskan, banjir di Kawasan Kencong dan sekitarnya, tidak ada sangkut pautnya dengan pengelolaan bantaran Sungai Kencong.
Terkait dengan pengelolaan bantaran sungai menurut Rasyid, sudah diatur dalam Peraturan Daerah atau Perda nomor 8 tahun 2002. Jadi pengelolaan bantaran sungai sudah tidak ada persoalan lagi. Penyeab utama banjir di Kawasan Kencong lanjut Rasyid, di akibatkan karena curah hujan yang tinggi, sehingga volume air menjadi tambah besar. Mengenai penyewaan bantaran sungai, rasyid mempertanyakan, mengapa pemanfaatannya disalahkan. Padahal kata dia, pemanfaatannya sudah diatur dalam perda, jadi sejauh ini tidak ada persoalan jika bantara sungai tersebut disewakan.
(3.689 views)