Akibat tidak menentunya cuaca akhir-akhir ini, produksi tembakau Besuki na oost di Jember menurun hingga 75 persen. Tidak menentunya cuaca mengakibatkan penurunan areal tanam serta penurunan produksi tembakau yang ditanam.
Salah satu eksportir tembakau na oost ke eropa Kahar Muzakir mengatakan, tahun ini luas lahan tembakau Besuki na’os hanya sekitar 1200 hektar. Sehingga produksi tembakaunya juga makin kecil, sekitar 25 persennya dibanding tahun sebelumnya. Padahal biasanya jumlah tembakau kualitas ekspor itu bisa mencapai 12 ribu ton atau 120 ribu ball tiap kali panen. Meski demikian koperasi Taro Tama Nusantara atau TTN yang dipimpinnya, masih bisa memenuhi 2000 ton tembakau, karena SDM di TTN sudah diberikan pembekalan sejak 3 tahun sebelumnya.
Kahar menjelaskan, akibat penurunan ekspor tersebut para eksportir mengalami dilemma. Kualitas tembakau yang rendah dan penurunan kuantitas membuat eksportir enggan mengeluarkan dana untuk membeli ke petani. Sebab harga tembakau saat ini melambung tinggi, tetapi ketersediaan tembakau tidak mampu memenuhi kualitas yang diinginkan oleh pasar di eropa.
Sementara pimpinan UD. Maju yang juga bergerak di bidang tembakau ekspor Ponimin mengakui terjadi penurunan produksi tembakau secara drastic. Hal ini disebabkan karena banyak petani mengalami gagal panen. Walaupun ada yang berhasil panen kualitasnya sangat rendah.
Bahkan untuk tembakau kualitas baik yang berguna sebagai
pelapis luar cerutu, dipastikan musim kali ini tidak mampu diproduksi lagi. Menurut Ponimin, angka kematian tanaman tembakau mencapai 40 persen. Ssementara tembakau yang masih hidup karena tidak sesuai kualitas yang dibutuhkan pasar, tentu saja harganya turun. Ponimin menyebutkan harga tembakau na oost paling mahal 20 ribu hingga 50 ribu perkilogram, atau sekitar 2 hingga 3 juta perkwintal. Padahal di tahun sebelumnya harganya bisa mencapai rp. 5 juta perkwintan.