Belasan perwakilan orang tua siswa yang akan melakukan pertukaran pelajar ke Canada, Jumat siang mendatangani DPRD Jember. Para orang tua ini mendegua kuat mereka menjadi korban penipuan yang dilakukan salah satu event organizer rekanan dinas pendidikan Jember.
Dwi salah satu orang tua siswa menceritakan, awalnya karena tidak ada kejelasan para orang tua bergerak sendiri-sendiri. Karena tidak membuahkan hasil para orang tua kemudian berkumpul membagi tugas untuk melakukan penelusuran.
Beberapa kali didatangi ke kantornya, pemilik even organizer berinisial EG tersebuit tidak pernah ada, bahkan sejak Senin lalu kantor tidak pernah buka. Ketika di coba di hubungi telefon selularnya juga tidak pernah aktif. Padahal sebanyak 72 orang tua sudah membayar sebesar Rp. 10.400.000,- per orang.
Dwi juga mengaku sudah melakukan penelusuran melalui website Vancouver English Centre, ternyata pengurusan berkas mengikuti progam pendidikan disana hanya membutuhkan waktu satu hari. Sementara rekrutmen puluhan pelajar Jember sudah dilakukan sejak bulan Agustus lalu, sampai November masih belum juga ada kejelasan.
Senada dengan Dwi, orang tua siswa yang lain bernama Yati juga mengaku sudah melakukan penelusuran ke kedutaan Canada. Hasilnya sangat mengejutkan, kedutaan Canada menyatakan pemerintahnya tidak pernah ada progam pertukaran pelajar seperti itu. Dari sinilah kemudian dirinya sangat yakin bahwa dirinya bersama puluhan orang tua siswa yang lain termasuk dinas pendidikan menjadi korban penipuan.
Yati menyesalkan begitu mudahnya dinas pendidikan memberikan rekomendasi kepada event organizer untuk mengurus perjalanan pendidikan siswa ke luar negeri. Seharusnya dinas pendidikan sebelum memberikan rekomendasi melakukan kros cek terlebih dahulu legalitas progam tersebut. Jika yang menyampaikan bukan dinas pendidikan, Yati mengaku tidak akan pernah mau membayar uang jutaan rupiah.
Kepala Seksi Kurikulum dinas pendidikan Jember Mohammad Yasin yang namanya sempat disebut-sebut menerima uang dari para siswa ini ketika dihadirkan di DPRD, membantah adanya aliran dana kepadanya. Dirinya hanya melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh kepala dinas untuk mengkoordinir progam ini. Tetapi mengenai pembayaran dan pengurusan dokumen menjadi tanggung jawab event organizer.
Menurut Yasin setelah mendengar persoalan ini dirinya melaporkan kepada kepala dinas pendidikan Ahmad Sudiono, dan Ahmad memerintahkan kepadanya untuk mencari pemilik event organizer berinisial EG tersebut sampai ketemu. Setelah di telusuri rumah EG di perumahan gunung batu sudah kosong. Bahkan ketika di kros cek ke sekolah anaknya di salah satu sekolah di kawasan kota, ternyata anak EG sudah tidak masuk sejak hari Sabtu lalu. Yasin sampai hari ini juga tidak pernah berhasil menghubungi telefon selular EG.
Sementara anggota komisi D DPRD Jember Abdul Ghofur mengatakan, seharusnya sesuai aturan jika pemkab akan melakukan kerjasama apapun bentuknya dengan pihak asing, harus mendapat persetujuan dewan. Tetapi sampai saat ini DPRD Jember tidak pernah mendapat pemberitahuan dari diknas baik secara formal maupun informal atas program ini.
(1.497 views)