Terjadinya Kasus Gizi Buruk Akibat Lemahnya Penyerapan Anggaran Pemberian Makanan Tambahan

Jika anggaran pemberian makanan tambahan pemulihan untuk balita terserap dengan baik, mestinya kasus gizi buruk tidak boleh terjadi di kabupaten Jember. Demikian disampaikan kepala dinas kesehatan Jember dr. Olong Fajri Maulana Selasa siang.

Menurut Olong, sejak tahun 2005 lalu APBD Jember sudah menganggarkan pemberian makanan tambahan bagi balita pertahun senilai hampir 300 juta rupiah. Sayangnya anggaran tersebut tiap tahun tidak pernah habis terpakai. Sementara kasus gizi buruk di Jember terus terjadi.

Olong menduga hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyaakat, atau bisa juga karena lemahnya sosialisasi yang dilakukan kader posyandu. Sebab prosedurnya ketika kader posyandu menemukan gejala gizi buruk yang terus menurun selama 3 bulan, sebelum terjangkit gizi buruk balita tersebut bisa dimintakan anggaran ke dinas kesehatan. Untuk besarannya tambah Olong, balita yang terdeteksi terkena gizi buruk diberi uang untuk perbaikan gizi 3 ribu rupiah sekali makan, 3 kali sehari selama 3 bulan penuh.

Selama pemberian makanan tambahan pemulihan, kader posyandu akan mendampingi untuk mengawasi asupan makanan yang diberikan kepada balita. Sehingga bisa dipastikan balita yang kondisinya rawan terkena gizi buruk, dari hari ke hari akan mengalami perubahan yang positif. Sebab walaupun bukan perawat atau bidan, sedikit banyak kader posyandu sudah dibekali dengan ilmu yang cukup. Paling tidak bisa di deteksi sejak dini jika memang kondisinya mengkhawatirkan.

Dari data dinas kesehatan, tahun 2007 lalu di kabupaten Jember terdapat 283 kasus gizi buruk, dan tahun 2008 menurun menjadi 103 kasus. Sementara sepanjang tahun 2009 ini lanjut Olong, per September lalu tercatat 87 balita di Jember terserang gizi buruk 26 diantaranya dirawat di RSUD Subandi.

(1.339 views)
Tag: