Meski pengihitungan manual di tingkatan KPU belum selesai, namun hampir bisa dipastikan, capres yang akan memenangi pilpres adalah SBY. Namun yang menarik untuk dicermati ialah kekalahan Capres Jusuf Kalla, yang didukung oleh ulama berpengaruh khususnya di Jawa Timur. Pertanyaannya sekarang ialah, sejauh mana efek dukungan tokoh masyarakat atau ulama dalam pemilu? Lalu, bagaimana pula pandangan akademisi terkait peran ulama dalam pelaksanaan pemilu?
Kalau hanya mengandalkan karismatik ulama untuk membentuk opini untuk saat sekarang/ seperti apa yang dilakukan capres JK kurang ekeftif. Demikian ungkapan Pengamat Politik Universitas Jember, M Nur Hasan. Menurutnya, pola fikir masyarakat untuk saat sekarang sudah bergeser kepada sesuatu yang nyata. Artinya, masyarakat butuh kepada program yang dapat dirasakan langsung.
Nur hasan menambahkan, kekalahan JK juga mengindikasikan mesin partai politik pengusung, tidak berjalan dengan maksimal. Kemudian bisa jadi, dalam tubuh parpol juga pecah sehingga dukungannya kurang maksimal.
Lebih lanjut Nur Hasan menjelaskan, mengenai isu yang diangkat oleh capres terutama isue ekonomi, yang paling mengena sebenarnya adalah isu yang diusng Mega Prabowo, sedangkan yang lain masih kurang begitu mengena.
Wakil Ketua Tim Pemenangan Pasangan JK Wiranto Jawa Timur, Mahmud Sarjuyono mengatakan, partainya merasa berterima kasih atas dukungan tokoh masyarakat dan ulama kepada capres JK. Mahmud menambahkan, dukungan dari ulama sebenarnya sudah maksimal, hanya saja, karena persiapan yang mepet pasca pendeklarisan JK sebagai capres, sehingga visi dan misi JK belum tersosialisasikan secara maksimal kepada masyarakat, khususnya para santri dan simpatisan.
Lebih lanjut Mahmud menjelaskan, golkar sendiri telah berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan JK, hanya saja kata dia, memang harus diakui sosok JK masih sulit diterima oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan sosok SBY tentu sangat jauh. Apalagi kata Mahmud,. JK baru mendeklarisan sebagai capres pasca merasa tidak cocok dengan SBY. Sehingga sosialisasi kepada masyarakat khususnya konstituen golkar belum maksimal.
Dikonfirmasi terpisah, salah satu Sesepuh Ulama Jember, KH Muchid Muzadi Menuturkan, memang JK didukung oleh ulama’. Hanya saja menurutnya, ulama yang tidak mendukung JK juga banyak. Mbah muchid panggilan akrab KH Muchit Muzadi menilai, orang sekarang tidak seperti dahulu. Kalau dulu gurunya mengatakan a maka santrinya akan ikut semua, kalau sekarang tidak.
Mbah Muchit berharap, untuk kedepan pemilihan umum dibatasi saja pemilihnya. Misalnya momen pilkada, yang memilih hanya anggota DPRD saja, sebab ini akan menghemat anggaran dan konflik horizontal akan bisa diminimalisir.
(1.091 views)