Purna TKI Butuh Bantuan Modal Usaha

Mantan tenaga kerja Indonesia atau purna TKI binaan dinas tenaga kerja Jember, meminta dukungan permodalan untuk mengembangkan usahanya. Sebab pelatihan yang diberikan dinas tenaga kerja tidak akan ada hasilnya jika tidak di dukung permodalan yang memadai. Salah satunya dengan cara pinjaman lunak dari perbankan.

Agus Kurniawan, salah satu purna TKI membenarkan hasil survey Bank Indonesia yang menyatakan mantan TKI tetap kebingungan mencari pekerjaan sepulang dari luar negeri. Penghasilan para TKI rata-rata hanya habis untuk kebutuhan konsumtif seperti membangun rumah dan membeli alat elektronik. Baru setelah habis para TKI menyesal dan bingung mencari pekerjaan baru. Sementara lowongan pekerjaan di daerah asalnya semakin sempit.

Agus menyambut baik pelatihan yang diadakan Disnakertrans Jember kepada purna TKI. Sehingga jika ada TKI yang tidak lagi berminat untuk bekerja di luar negeri, memiliki keterampilan yang bisa dijadikan bisnis. Seperti yang selama ini diikutinya, kelompok purna TKI daerahnya sudah mampu membuat tas yang layak untuk bersaing di pasaran. Tetapi persoalan klasik berupa modal masih menjadi faktor utama.

Kepala Bank Indonesia Jember Rasyid Majid mengatakan, pihak perbankan membuka pintu lebar-lebar kepada purna TKI yang ingin mengembangkan usahanya. Berapapun nilainya akan disetujui, asalkan usaha yang dimiliki berpotensi menghasilkan. Untuk itu dibutuhkan kerjasama sinergi antara pemerintah kabupaten, mantan tenaga kerja Indonesia dan perbankan.

Rasyid menerangkan, dari hasil penelitiannya di wilayah eks karesidenan Besuki, hanya sekitar 45 persen mantan TKI yang menggunakan uangnya untuk modal usaha. Sisanya hanya dihabiskan untuk hura-hura. Jika pelatihan terhadap purna TKI dimaksimalkan, purna TKI tidak akan berminat lagi kembali bekerja keluar negeri, tetapi berusaha memutar penghasilnya selama di luar negeri sebagai modal usaha.

Sementara kepala Disnakertrans Jember Mohammad Tamrin mengatakan, selama ini pihaknya memang sudah memberikan pelatihan kepada purna TKI, diantaranya di kecamatan Ambulu. Tetapi karena keterbatasan anggaran, Disnakertrans hanya bisa memberikan pelatihan.

Tamrin berharap untuk masalah permodalan dan pemasaran, Bank Indonesia atau instansi lain bisa membantu purna TKI binaan Disnakertrans ini sesuai kewenangan masing-masing.

(1.660 views)
Tag: