Beberapa waktu lalu, program konversi atau peralihan bahan bakar dari minyak tanah ke gas di Jember sudah dilakukan, berdasarkan catatan Pemkab Jember, setidaknya ada Lima Kecamatan yang sudah melalui proses konversi. Jadi sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kelanjutan proses Konversi Mitan Di Jember? Kemudian, bagaimana tanggapan wakil rakyat terhadap program ini? Lalu, bagaimana pandangan pengamat ekonomi terhadap program konversi ini?
Program konversi minyak tanah ini, bermula dari krisis minyak yang dialami seluruh Negara, sehingga pemerintah berinisiatif untuk mengganti bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas. Menurut Asisten II Pemkab Jember, Edi Budi Susilo, sejauh ini program konversi sudah dilakukan di lima kecamatan. Diantaranya, Kaliwates, Patrang, Sumbersari, Rambipuji dan Sukorambi.
Edi menambahkan, setelah lima kecamatan tersebut proses konversi akan dilanjutkan di semua daerah. Dan sejauh ini, sudah ada beberapa kecamatan yang sudah melakukan proses pendataan penerimaan kompor dan gas, seperti Ajung, Jenggawah, Ambulu. Lebih lanjut Edi menjelaskan, untuk proses konversi periode ketiga ada penambahan pelaksana. Jika pada periode lalu hanya satu pelaksana maka untuk tahap selanjurnya ada empat pelakasana konversi.
Edi menambahkan, sebelum pelaksanaan pendistribusian konversi ada proses pendataan terlebih dahulu, kemudian proses edukasi yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat, agar nantinya masyarakat bisa langsung menggunakan kompor gas dengan aman.
Sementara itu Anggota Komisi B DPRD Jember, M Jufriyadi mengatakan, pantauan pihaknya di lapangan proses konversi sudah mulai berjalan di kecamatan luar kota, seperti di Ajung dan Jenggawah. Namun yang menjadi persoalan, DPRD sudah beberapa kali menyampaikan kepada masyarakat, bahwa konversi adalah proses penggantian minyak tanah kepada gas.
Itu artinya, setelah proses konversi ini selesai dilaksanakan di seluruh Jember, maka minyak tanah bersubsidi akan ditarik dari peredaran dan akan diganti dengan mitan non subsdidi yang harganya sangat mahal bisa mencapai 8 sampai 9 Ribu Rupiah. Dan sejauh ini menurutnya, tidak ada penolakan konversi atau pernyataan ketidak siapan dari masyarakat jember terhadap peroses konversi. Sehingga DPRD dan pemkab menganggap masyarakat sudah siap dengan pengalihan bahan bakar ini.
Di tempat terpisah, Pengamat Ekonomi Universitas Jember, Hadi Paramu mengatakan, sebenarnya konversi mitan ke gas adalah salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menekan subsidi minyak tanah yang dirasa cukup besar. Apalagi kata Hadi, penggunaan bahan bakar gas lebih efisien daripada minyak tanah. Misalkan, dari kecepatan memasak saja bahan bakar gas lebih cepat daripada mitan.
Hanya saja, untuk mengganti kebiasaan masyarakat dengan menggunakan mitan kepada gas masih sulit. Apalagi lanjut Hadi, masyarakat yang berada di wilayah pinggiran masih merasa nyaman dengan mitan. Di samping itu, masyarakat masih merasa sangat berat, untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk sekali isi ulang gas. Berbeda halnya dengan mitan yang masih bisa di ecer untuk pembeliannya.
Lebih lanjut Hadi menjelaskan, kedepan jika proses konversi ini ingin sukses maka mau tidak mau pemerintah memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa dengan menggunakan gas akan lebih irit. Kemudian, ada jaminan ketika semua masyarakat sudah beralih ke gas tidak akan ada kelangkaan gas untuk di masa yang akan datang
(1.198 views)