Usai sudah hiruk pikuk pemungutan suara Pemilu Legisaltif 2009, Partai Politik dan Caleg tinggal menunggu kepastian, hasil penghitungan manual KPU. Namun, meski hiruk pikuk pemungutan suara telah usai, ada fenomena menarik pada saat Pemilu 2009, yakni sebagian mahasiswa lebih memilih untuk golput. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang menyebabkan mahasiswa tidak memilih pada pemilu? Kemudian, bagaimana pandangan pengamat mengenai fenomena ini?
Kasus korupsi dan moralitas yang menimpa beberapa wakil rakyat baik di pusat, maupun di daerah menjadi alasan utama mahasiswa untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Menurut salah satu mahasiswa perguruan tinggi di Jember, Bahrul Ulum, dirinya enggan untuk menyalurkan hak pilihnya, karena ia takut, jika wakil yang ia pilih nantinya tidak amanah dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat.
Bahrul menambahkan, sebenarnya dirinya tercatat sebagai pemilih namun karena sudah tidak percaya lagi terhadap wakil rakyat, maka dirinya enggan untuk memberikan hak pilihnya.
Senada dengan Bahrul. Mahasiswa semester akhir di salah satu Perguruan Tinggi Jember, Ahmad Munir, mengatakan dirinya sudah tidak percaya lagi terhadap janji-janji caleg. Memang kalau dilihat dari visi misinya baik, tapi persoalannya, ketika mereka terpilih menjadi wakil rakyat, kebanyakan mereka akan lupa siapa yang telah memilihnya.
Memang lanjut Munir, pada pemilu sekarang ada harapan untuk wakil yang baru, tapi dirinya masih enggan untuk memberikan hak pilihnya, karena dia takut wakil yang ia pilih suatu saat tidak amanah lagi Lebih lanjut Munir menjelaskan, meski pada pemilu sekarang ia tidak ikut memilih namun dirinya berharap, agar wakil rakyat yang terpilih nanti, tidak menghianati kepercayaan yang telah rakyat berikan.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Jember,. M Nur Hasan mengatakan, fenomena golputnya mahasiswa adalah suatu kemunduran dalam dunia demokrasi mahasiswa. Apalagi kata Nur Hasan, jika melihat sistem pemilu sekarang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, jadi mereka sebenarnya bisa memilih sesuai dengan hati nuraninya.
Seharusnya lanjut Nur Hasan, mahasiswa harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Kemudian, memberikan teladan kepada masyarakat, jadi jika mahasiswa memilih untuk golput, apalagi dengan alasan yang tidak mendasar, seperti trauma dan apatis itu tidak bisa dibenarkan.
Nur Hasan menambahkan, secara moral mahasiswa mempunyai tanggung jawab, terhadap masa depan bangsa. Jika jumlah mahasiswa yang memilih untuk golput besar, maka hal ini merupakan peringatan terhadap masa depan bangsa.
Di samping itu, mahasiswa bertanggung untuk memperbaiki situasi politik yang dianggapnya tidak ideal, bukan malah berpangku tangan. Seperti mengkrtisi elit politik, kemudian kebijakan pemerintah, karena bagaimanapun kata Nur Hasan, mahasiswa harus menjadi garda terdepan untuk melakukan perubahan.
Nur Hasan berharap, kedepan, mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus menjadi kelompok yang mencerahkan masyarakat, setidaknya masyarakat di lingkungan sekitarnya. Setidaknya memberikan pertimbangan kepada masyarakat, bagaimana kriteria pemimpin bangsa yang baik dan ideal yang harus mereka pilih.
(1.394 views)